-->

Tata Cara Melaksanakan Ibadah Pada Bulan Ramadhan

Seperti yang kita ketahui, beberapa hari lagi kita sebagai ummat Muslim akan memasuki yang namanya Bulan Ramadhan. Yang mana bulan Ramadhan tersebut adalah suatu bulan Islam yang sangat dinanti-nantikan oleh ummat Muslim diseluruh dunia.

Berikut kami akan merangkum sebuah kajian mengenai hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi bulan Ramadhan yang beberapa hari lagi kita akan menjalankannya.

amalan sunnah pada bulan ramadhan

Bagaimana Cara Melakukan Ibadah Pada Bulan Ramadhan?

Dari berbagai sumber, ada banyak tata cara melaksanakan ibadah pada bulan Ramadhan, baik itu ibadah sunnah atau pun ibadah wajib. Pada artikel kali ini kami akan membahas beberapa tata cara melakukan ibadah pada bulan suci Ramadhan.

1. Hadits Tentang Sebuah Doa Memohon Dipertemukan Ramadhan

Di antara perkataan ulama terdahulu yang menunjukkan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan adalah apa yang diungkapkan oleh Yahya bin Abi Katsir rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa salah satu do’a yang dipanjatkan para salaf adalah do’a berikut,
“Ya Allah, pertemukan diriku dengan bulan Ramadhan, selamatkan Ramadhan untukku, dan terimalah seluruh amalku di bulan Ramadhan.” ( Lathaif al-Ma’arif hlm. 158)

Ada dua orang sahabat, saling bersaudara, salah seorang di antara mereka lebih bersemangat dibandingkan yang lain, dan akhirnya dia pun memperoleh syahid. Adapun sahabatnya, wafat setahun setelahnya.

Thalhah radhiallahu ‘anhu bermimpi bahwa orang yang terakhir meninggal memiliki derajat yang lebih tinggi daripada yang pertama. Thalhah menginformasikan hal tersebut kepada sahabat yang lain dan mereka pun merasa heran. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

"Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?" mereka menjawab, "Ya." Beliau bersabda: "Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?" Mereka menjawab, "Ya." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda: "Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi." (HR. Ibnu Majah : 3925. Dinilai shahih oleh al-Albani)

Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad yang berisikan redaksi do’a berikut,
“Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikan kami ke bulan Ramadan.”

Hadits tersebut merupakah hadits yang lemah. Diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan nomor 2342. Dalam sanadnya terdapat seorang perawi bernama Zaidah bin Abi ar-Raqqad yang berstatus munkar al-hadits. Beliau dilemahkan oleh anNawawi dalam al-Adzkar hlm. 547, adDzahabi dalam al-Mizan 2/65, Ibnu Hajar dalam Tabyin al-Ujab hlm. 38, Ibnu Rajab dalam Lathaif al-Ma’arif hlm. 143, dan alAlbani dalam Dha’if al-Jami’ nomor 4395.

Meski demikian, tidaklah mengapa jika seorang muslim berdo’a kepada Allah agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, seraya meminta taufik kepada-Nya agar dapat berpuasa dengan baik di bulan Ramadhan.

2. Persiapan Menjelang Ramadhan

2.1 Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban.
Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan, “Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak berpuasa kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. al-Bukhari : 1969)

2.2 Menunaikan qadha puasa.
Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan, "Saya pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan, dan saya tidak mampu mengqadhanya hingga bulan Sya’ban tiba.” (HR. Muslim : 1146)

2.3 Membaca al-Quran dalam rangka mempersiapkan diri di bulan Ramadhan.
Bulan Sya’ban juga dikenal dengan syahr al-Qurra, bulan para pembaca al-Quran.

2.4 Bagaimana sebaiknya kondisi kita dalam menghadapi bulan Ramadhan?
  • Bertaubat, kembali, dan menghadapkan hati kepada Allah.
  • Berdo’a agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan, meminta pertolongan kepada Allah agar mampu menjalankan berbagai ibadah selama Ramadhan.
  • Bersegera menunaikan qadha puasa Ramadhan.
  • Mempelajari hukum-hukum agama seputar Ramadhan.
  • Mempersiapkan diri untuk melakukan amal kebaikan di bulan Ramadhan seperti umrah dan i’tikaf.
  • Menjauhi mereka yang membuang-buang waktu dan menjalin pertemanan dengan mereka yang bersemangat menjalankan ibadah.
  • Menghindari pertengkaran dan permusuhan.
  • Mengurangi aktivitas yang dapat memperberat pelaksanaan puasa.
  • Melakukan survei rukyah al-hilal.

3. Larangan Mendahului Ramadhan Dengan Berpuasa

Terdapat larangan berpuasa di dua hari terakhir bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari, kecuali seorang yang memiliki kebiasaan berpuasa maka tidak mengapa dia berpuasa.” ( HR. Muslim : 1080)

Larangan yang dimaksud adalah larangan terhadap puasa sunnah mutlak. Jika puasa tersebut merupakan puasa sunnah yang telah menjadi rutinitas, maka terdapat hadits yang menunjukkan bahwa tidak mengapa puasa yang demikian itu dilakukan.

Hal ini seperti seorang yang terbiasa melakukan puasa sunnah Senin dan Kamis. Demikian pula, seorang yang memiliki tanggungan puasa wajib seperti puasa qadha atau puasa kaffarah, maka dalam hal ini tidak tercakup dalam larangan hadits di atas dan dia lebih utama mengerjakan puasa tersebut.

3.1 Hikmah larangan mendahului Ramadhan dengan berpuasa

Salah satu sebab yang diutarakan ulama perihal larangan berpuasa sehari atau dua hari terakhir di bulan Sya’ban adalah agar tidak terjadi penambahan bilangan puasa Ramadhan, sebagai bentuk kehati-hatian terhadap puasa yang dilakukan oleh ahli kitab ketika mereka menambah waktu berpuasa berdasarkan logika dan hawa nafsu, sehingga mereka pun mendahului dan mengakhirkan puasa.

Oleh karena itu, terdapat pemisah antara puasa wajib dan puasa sunnah. Dengan sebab itu pula, syari’at menetapkan adanya pemisah antara shalat wajib dan shalat sunnah dengan salam, berbicara, atau merubah posisi shalat ( Lathaif al-Ma’arif hlm. 158 )

3.2 Yaum asy-Syak (Hari yang Diragukan)

Berpuasa pada hari ketiga puluh bulan Sya’ban saat belum ada kepastian munculnya hilal Ramadhan sebagai bentuk kehati-hatian tidaklah diperbolehkan. Sahabat ‘Ammar bin yasir radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan, maka sungguh dia tidak menaati Abu al-Qasim (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam. ( HR. Al-Bukhari 3/27 secara mu’allaq. Riwayat tersebut dibawakan secara maushul oleh Abu Dawud : 2334, at-Tirmidzi : 686, an-Nasaa-i : 2188, dan Ibnu Majah : 1645)

Ulama yang tergabung dalam al-Lajnah adDaaimah menyatakan, “Setiap orang yang berpuasa pada hari ketiga puluh di bulan Sya’ban tanpa bertopang pada rukyah syar’iyah, maka puasa yang dilakukan tidaklah sah meskipun belakangan diketahui puasa tersebut bertepatan dengan awal masuknya bulan Ramadhan.

Hal ini dikarenakan dia tidak bertopang pada landasan yang dibenarkan syari’at ketika berpuasa. Di mana dirinya berpuasa pada hari yang diragukan (yaum asy-syak). Hadits Nabi yang shahih telah menyatakan bahwa berpuasa pada hari tersebut terlarang dan jika dilakukan maka wajib untuk diqadha” (Fataawa al-Lajnah 10/117)

Beberapa orang pergi menemui al-A’masy. Mereka bertanya perihal hukum berpuasa pada yaum asy-syak (hari yang meragukan). Pada akhirnya, semakin banyak orang yang bertanya pada beliau.

Beliau pun merasa kewalahan menghadapi mereka dan akhirnya beliau meminta untuk didatangkan beberapa buah delima dari rumah. Buah delima tersebut kemudian diletakkan di depan beliau, dan ketika ada yang berkeinginan untuk bertanya, al-A’masy tinggal mengambil buah delima dan memakannya.

Dengan begitu, orang tersebut tidak perlu bertanya dan al-A’masy tidak perlu menjawabnya. (Al-Aqd alFariid 3/25)

4. Sebelum Memasuki Malam Pertama Bulan Ramadhan

4.1 Nasihat sebelum memasuki malam pertama Ramadhan:

  • Bersihkan hati dari permusuhan. Perbaiki hubungan yang retak antar sesama.
  • Jujur dalam bertaubat. Bukan taubat sambel! Di mana seseorang sekadar menahan diri untuk berbuat dosa di bulan Ramadhan.
  • Usahakan memenuhi kebutuhan mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan, baik itu kerabat, tetangga, dan yang lain. Demikian itu dilakukan agar mereka tidak menjalani bulan Ramadhan dalam keadaan lapar. Lapar karena berpuasa dan lapar karena miskin, tidak memiliki uang untuk membeli makanan.
  • Berikan ucapan selamat dengan pesanpesan yang indah. Salah satu yang terbaik adalah ucapan selamat melalui panggilan telepon yang berisi ucapan do’a dan ungkapan kegembiraan akan datangnya bulan Ramadhan.

4.2 Memperhatikan hilal

Dalam sebuah hadits yang berderajat hasan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah hilal bulan Sya’ban untuk mengetahui awal bulan Ramadhan.”(HR. At-Tirmidzi : 687. Dinilasi hasan oleh al-Albani) Artinya kaum muslimin hendaknya bersungguh-sungguh dalam menyelidiki dengan memperhatikan secara seksama mathla’ (tempat muncul) dan  memperkirakan manzil (tempat persinggahan) bulan, agar kaum muslimin dapat memasuki hilal bulan Ramadhan berdasarkan ilmu dan tidak terluput meski seharI (Tuhfah al-Ahwadzi 3/299)

Dahulu salaf biasa keluar rumah pada hari kedua puluh sembilan bulan Sya’ban di saat matahari telah terbenam untuk melihat hilal bulan Ramadhan. Mereka keluar rumah bersama penguasa/hakim di negeri tersebut. Apabila mereka melihat hilal Ramadhan, mereka pun berpuasa. Sebaliknya, jika tidak melihatnya, mereka akan menyempurnakan bilangan hari bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.

4.2.1 Rukyah hilal dengan bantuan instrumen astronomi

Menggunakan bantuan instrumen astronomi seperti teleskop dan teropong untuk melihat hilal diperbolehkan, karena hal tersebut masih dalam lingkup rukyah al- ‘ain (melihat hilal secara langsung) dan tidak termasuk dalam kategori hisab. Demikian pula, diperbolehkan melihat hilal dari puncak pegunungan, pesawat, balon udara, dan yang sejenis. (Majmu’ Fataawa Ibn Baaz 15/68)

Apabila hilal dapat terlihat dengan bantuan instrumen astronomi di atas, maka rukyah tersebut dapat dijadikan patokan meski hilal itu sendiri tidak dapat terlihat sekadar dengan penglihatan mata. Hal ini berdasarkan keumuman hadits, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Berpuasalah karena melihatnya (hilal)” (HR. al-Bukhari : 1909 dan Muslim : 1081)

4.3 Niat berpuasa

Niat merupakan syarat sah puasa Ramadhan berdasarkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau bersabda, “Barangsiapa yang tidak berniat puasa dari malam, tidak ada puasa baginya.” (HR. An-Nasaa-i : 2334. Diriwayatkan dari hadits Hafshah radhiallahu ‘anha. Dinilai shahih oleh alAlbani)

Niat adalah keinginan hati untuk berpuasa. Dengan demikian, siapa saja yang memasuki waktu sahur dan hatinya berkeinginan untuk berpuasa, maka hal itu telah mencukupi. Selain itu, niat bertempat di hati dan mengucapkannya tidaklah dituntunkan.

Wajib berniat di malam hari, yaitu dimulai sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Tidaklah mengapa jika seorang berniat puasa Ramadhan di awal bulan dan diniatkan untuk satu bulan penuh. Meskipun, memperbarui niat di setiap malam lebih diutamakan.

5. Penetapan Bulan Ramadhan

Masuknya bulan Ramadhan ditetapkan dengan melihat hilal berdasarkan hadits,
"Berpuasalah karena melihatnya (hilal)” (HR. al-Bukhari : 1909 dan Muslim : 1081)

Tidak diperbolehkan berpatokan pada metode hisab dalam menentukan masuknya bulan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengaitkan puasa Ramadhan dan Idul Fitri dengan melihat hilal, bukan dikaitkan dengan metode hisab.

Pendapat ini merupakan kesepakatan ulama dari empat madzhab dan yang lain. Setiap orang yang berpegang pada pendapat selain ini, maka pendapat tersebut merupakan pendapat yang syadz dan tidak dapat dijadikan pegangan. (Fataawa al-Lajnah ad-Daaimah 10/106)

6. Keistimewaan Bulan Ramadhan

6.1 Bulan Pengampunan

''Bulan tersebut telah pergi dan berakhir dengan cepat, dialah bulan Ramadhan. Mereka yang beruntung masuk ke dalam surga adalah mereka yang benarbenar tenggelam dalam ketaatan. Dan anda akan melihat, mereka yang lalai menyemai benih-benih ketaatan, hanya akan memanen kesedihan dan penyesalan''

Agar kita tidak meratapi hilangnya kesempatan beribadah di akhir bulan Ramadhan, persiapkanlah diri karena dia akan segera datang. Setiap orang yang membayangkan bagaimana kondisi akhir yang dia alami di akhir bulan Ramadhan, niscaya akan mempersiapkan diri dengan baik di awal bulan. Dengan begitu, mengetahui kerugian yang akan diperoleh bagi mereka yang lalai di bulan Ramadhan akan membantu hamba agar menghindarinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sangat terhina orang yang menjumpai bulan Ramadhan dan bulan tersebut berlalu sementara dirinya tidak memperoleh ampunan.” (HR. At-Tirmidzi : 3545 dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Dinilai shahih oleh al-Albani)

6.2 Setan dan Iblis dibelenggu

Allah memuliakan kita di bulan Ramadhan dengan membelenggu setan, membuka pintu-pintu surga, menutup pintu-pintu neraka, melipatgandakan pahala. Dia pun menyampaikan bahwa puasa dapat memberikan syafa’at kepada orang yang berpuasa, melindunginya dari neraka, dan dapat memasukkannya ke dalam surga melalui pintu ar-Rayyan.

Apabila ada yang bertanya, ”Mengapa kemaksiatan tetap terjadi padahal setan terbelenggu?” Maka, terdapat beberapa jawaban atas pertanyaan tersebut. Pertama, belenggu hanya dilakukan pada gembong setan atau setan kelas kakap, tidak semua setan. Kedua, belenggu hanya membelenggu pergerakan setan, bukan godaan yang dilancarkan.

Apabila kita tambahkan alasan di atas dengan adanya pengaruh lain seperti godaan setan yang berwujud manusia, adanya hawa nafsu pada diri manusia yang memerintahkan keburukan, niscaya kita akan tahu itulah alasan mengapa kemaksiatan tetap terjadi di bulan Ramadhan. Meskipun begitu, tingkat keburukan yang terjadi di bulan Ramadhan lebih rendah daripada bulan-bulan selainnya.

6.3 Seluruhnya dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan

Salah satu riwayat yang lemah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tersebar luas adalah riwayat berikut,
“Awal bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka.” (HR. At-Tirmidzi : 3545 dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Dinilai shahih oleh al-Albani)

Padahal di setiap hari pada bulan Ramadhan pintu-pintu rahmat akan dibuka dan di setiap malam Allah akan membebaskan orang-orang dari neraka. Maka, di sepanjang bulan Ramadhan akan dipenuhi rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka, tidak terbatas pada beberapa fase.

0 Response to "Tata Cara Melaksanakan Ibadah Pada Bulan Ramadhan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel